Pages

Rabu, 23 Januari 2013

Ilmuwan: Nenek Moyang Manusia adalah Kera Air

detail berita

LONDON – Pekan depan, kota London, Inggris akan menjadi tuan rumah untuk pertemuan para ilmuwan dari seluruh dunia. Sebuah pertemuan yang rencananya akan membahas perdebatan mengenai teori kera air atau Aquatic Ape Theory (AAT).

Disitat Softpedia, Senin (29/12/2012), teori ini mengatakan bahwa nenek moyang manusia dulu tidak tinggal di darat melainkan di dalam air. Dengan demikian, manusia dianggap sebagai spesies yang berevolusi dari kera air yang perlahan kehilangan sebagian besar bulunya dan mulai berjalan tegak.

Kemampuan untuk berjalan tegak diperoleh dari nenek moyang yang mampu berenang dengan menaikkan kepalanya ke atas permukaan air. Sedangkan, hilangnya bulu rambut tubuh dijelaskan karena adanya lemak yang terdapat persis di bawah kulit tubuh manusia modern.

Lemak ini mampu bekerja lebih baik dibanding bulu untuk menjaga suhu tubuh agar tetap hangat meski di dalam air. Kemudian, transformasi pada kera air juga terjadi pada ukuran otaknya yang relatif berkembang akibat konsumsi seafood (makanan laut) yang kaya akan omega 3.

Ilmuwan yang mendukung teori ini mengklaim bahwa beberapa kekhasan anatomi kera air sama seperti yang ada pada manusia modern. Salah satunya adalah bentuk rongga yang besar, sehingga mampu meningkatkan daya apung ketika berenang dalam air.

Menariknya, kera air diyakini merupakan keturunan dari kera pohon yang memilih hidup di sungai dan laut sebagai habitat penggantinya. Namun, hingga kini banyak ilmuwan menentang teori yang pertama kali dikemukakan oleh ahli patologi asal Jerman, Max Westenhofer pada 1942 silam.

“Kalau mereka (nenek moyang) hidup dalam lingkungan berair, maka kita menghabiskan jutaan tahun di sana dan tidak ada bukti untuk hal ini. Teori ini juga tidak masuk akal karena bagaimana dengan hewan air seperti buaya dan makhluk lainnya yang membahayakan hidup di sana,” tentang ilmuwan dari Natural History Museum di London, Profesor Chris Stringer.